
Takut dan berani, keduanya kerap saling "memerangi". jadikan pengaruh yang ditimbulkannya menjadi suatu hal yang harus disadari sebagai proses menemukan jati diri. Ada ketakutan karena ketidakberdayaan membawa diri;pemalu, pengecut, pecundang, perisau atau perusak. Semuanya menjadi tidak berani ketika dalam diri masih memiliki potensi positif untuk melawan ketakutan dengan keberaniannya.
Seberapa berat beban seseorang, mengelola rasa takut akan lebih nyaman dan tertata sehingga takut tidak menjadi negatif. Karena takut pun bisa menjadi positif. Misalnya, takut mendapatkan jodoh yang bukan idaman, menjadi semangat memilih calon yang baik. Takut anak terlantar, jadi meningkatkan ilmu dan wawasanya. Takut bisnis bangkrut jadi ingin profesional. Nah, jadi takut itu adalah sebuah bahan yang menjadikan kita meningkatkan kemampuan diri bukan menjadi tidak berarti apalagi sampai terpuruk.(Untuk lebih lengkap & jelas anda bisa baca bukunya "Meng-instal NYALI" karangan Bambang Trimansyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar